Untuk refleksi restitusi disiplin diri kali ini, saya menggunakan Model 5: "Connection, Challenge, Concept, Change" (4C) yang dikembangkan oleh Ritchhart, Church, dan Morrison (2011). Model ini sangat relevan untuk merefleksikan materi pembelajaran, memberikan kerangka kerja sistematis untuk menghubungkan, menghadapi tantangan, memahami konsep, dan menciptakan perubahan dalam proses belajar.
1. Connection (Koneksi)
Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak?
Materi yang saya pelajari, terutama tentang budaya positif, sangat erat kaitannya dengan peran saya sebagai Calon Guru Penggerak. Peran ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memberdayakan, dengan fokus pada pelayanan dan keberpihakan pada murid.
Konsep budaya positif yang saya pelajari merupakan pengembangan dari nilai-nilai filosofis Ki Hajar Dewantara, seperti kesetaraan, keadilan, dan keberagaman. Sebagai calon guru penggerak, saya bertekad untuk menerapkan nilai-nilai ini dalam praktik sehari-hari di kelas, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua murid.
Saya memahami pentingnya peran seorang guru dalam mewujudkan budaya positif. Sebagai guru penggerak, saya bertanggung jawab menjadi panutan, pembimbing, dan fasilitator bagi murid dalam mengembangkan sikap positif seperti empati, saling menghargai, dan kerjasama.
Saya percaya bahwa dengan menciptakan budaya positif, murid dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dalam proses pembelajaran. Selain itu, pemahaman tentang visi seorang guru penggerak yang mencakup pelayanan pada murid dan peningkatan kualitas pendidikan menjadi landasan dalam menerapkan budaya positif di kelas.
Saya yakin bahwa melalui pendekatan yang positif dan penuh kepedulian terhadap murid, saya dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan mereka secara holistik. Oleh karena itu, keterkaitan materi budaya positif dengan peran saya sebagai Calon Guru Penggerak sangatlah signifikan.
2. Challenge (Tantangan)
Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?
Dari pemaparan materi dan diskusi selama mengikuti pembelajaran di Modul 1.4, saya menyadari adanya perbedaan antara praktik yang saya jalankan dengan ide-ide dan pendapat dari narasumber. Salah satu hal menarik adalah konsep memposisikan diri sebagai manajer dalam menciptakan budaya positif di lingkungan belajar. Selama ini, saya cenderung memposisikan diri sebagai penghukum, pemantau, dan teman dalam mengelola kelas.
Namun, narasumber menjelaskan bahwa posisi sebagai manajer lebih efektif dalam menciptakan budaya positif. Sebagai manajer, saya harus berkolaborasi dengan siswa, memberikan mereka tanggung jawab untuk mempertanggungjawabkan perilaku mereka, dan mendukung mereka dalam menemukan solusi atas masalah yang ada.
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang konsep-konsep manajerial dalam menciptakan budaya positif, seperti disiplin positif, pengelolaan motivasi, dan segitiga restitusi yang disampaikan dalam pelatihan ini. Saya juga akan mengubah pendekatan saya dalam mengelola kelas, dengan lebih fokus pada pemberdayaan siswa dan memberikan mereka peran aktif dalam menciptakan budaya positif. Dengan melakukan perubahan ini, saya yakin lingkungan belajar saya akan menjadi lebih inklusif, mendukung, dan memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berkembang secara holistik.
3. Concept (Konsep)
Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?
Salah satu konsep utama yang saya pelajari dan penting untuk terus dibawa sebagai Calon Guru Penggerak adalah bahwa budaya positif membutuhkan pembiasaan yang berkelanjutan. Implementasi budaya positif dalam lingkungan sekolah tidak bisa terjadi secara instan, melainkan melalui penerapan mendasar beberapa konsep penting. Berikut adalah konsep-konsep tersebut:
Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal
- Membentuk perilaku yang bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Disiplin positif membantu siswa memahami perilaku mereka berdasarkan motivasi internal, bukan hanya karena hukuman atau penghargaan eksternal.
Teori motivasi, hukuman, dan penghargaan
- Memahami motivasi perilaku manusia penting dalam menciptakan budaya positif. Guru perlu mendorong siswa mengembangkan motivasi internal yang positif.
Keyakinan kelas
- Membentuk keyakinan bersama dalam kelas sebagai fondasi budaya positif. Keyakinan ini harus diterapkan secara konsisten di lingkungan sekolah.
Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas
- Memenuhi kebutuhan dasar siswa seperti rasa aman, rasa memiliki, dan rasa berhubungan. Guru perlu menciptakan lingkungan yang memenuhi kebutuhan siswa agar mereka dapat berkembang secara optimal.
Restitusi - Lima posisi kontrol
- Menggunakan posisi kontrol sebagai manajer dalam mengelola kelas. Guru membantu siswa memahami dan mempertanggungjawabkan perilaku mereka serta memberikan mereka kesempatan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Restitusi - Segitiga restitusi
- Memberikan kerangka kerja dalam menyelesaikan masalah dan konflik. Guru menggunakan segitiga restitusi yang melibatkan stabilisasi identitas, validasi tindakan yang salah, dan pembentukan keyakinan untuk membantu siswa belajar dari kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Konsep-konsep ini penting untuk terus dipegang dan diimplementasikan oleh Calon Guru Penggerak maupun Guru Penggerak yang sudah berada di lapangan. Dengan memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif, mendukung perkembangan siswa secara holistik, dan membantu mereka belajar dengan aman dan nyaman sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara.
4. Change (Perubahan)
Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini?
Setelah mendapatkan materi tentang Implementasi Budaya Positif, ada beberapa perubahan yang ingin saya lakukan. Pertama, saya ingin meningkatkan kesadaran diri sebagai seorang guru tentang pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang positif bagi murid.
Saya akan fokus pada keberpihakan pada murid, memahami kebutuhan mereka, dan menciptakan iklim yang aman dan nyaman di kelas.
Kedua, saya berkomitmen untuk mengubah posisi saya dari penghukum dan pemantau menjadi manajer yang mendukung dan membimbing murid. Saya akan menerapkan pendekatan disiplin positif, memberikan penghargaan yang tepat, dan menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah.
Saya juga akan terus mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif, berkomunikasi dengan baik dengan murid, orang tua, dan rekan kerja untuk menciptakan kolaborasi yang positif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya, saya akan berusaha mengembangkan keyakinan kelas yang kuat dan memastikan bahwa nilai-nilai kebajikan universal menjadi dasar dalam membentuk perilaku siswa. Saya akan membangun keyakinan bersama dengan murid, mengajarkan mereka tentang pentingnya tanggung jawab dan menghargai diri sendiri serta orang lain.
Terakhir, saya akan memperdalam pemahaman tentang filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara dan profil pelajar Pancasila. Saya ingin menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat membantu murid memperoleh pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara.
Perubahan ini tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi saya bertekad untuk terus belajar dan mengembangkan diri sebagai seorang guru penggerak. Saya akan terus melibatkan diri dalam pelatihan dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengimplementasikan budaya positif di sekolah.
Saya yakin bahwa dengan perubahan ini, saya dapat memberikan pengaruh positif pada murid dan menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan mendukung bagi mereka.