Sebagai seorang guru, liburan panjang itu semacam anugerah yang bikin campur aduk. Di satu sisi, senang bisa istirahat dari rutinitas mengajar yang sering bikin kepala pusing. Tapi di sisi lain, tanpa agenda yang jelas, liburan malah terasa seperti labirin waktu yang bikin bingung. Bayangkan, 10 hari ke depan tanpa rencana, tanpa budget liburan (sertifikasi baru cair tahun depan), dan hanya di rumah. Jadi, apa yang bisa dilakukan?
Liburan Tanpa Rencana, Tapi Penuh Peluang
Awalnya, liburan tanpa agenda ini terasa seperti kutukan. Setiap kali melihat kalender, aku hanya bisa bertanya, “Apa yang harus aku lakukan hari ini?” Tapi, setelah merenung (pas lagi boker), aku sadar bahwa ini adalah waktu langka.
Sebagai ayah dari seorang anak perempuan yang hampir 4 tahun, liburan panjang ini sebenarnya adalah kesempatan emas. Di tengah kesibukan kerja, aku sering merasa bersalah karena waktu untuk anak terbatas. Sekarang, aku punya waktu penuh untuk menjadi "sahabat bermain" anakku. Dan percaya atau tidak, bermain dengan anak ternyata bisa menjadi terapi untuk kesehatan mental.
Bermain dengan Anak untuk Kesehatan Mental
Anakku, yang sedang berada di fase aktif-aktifnya, selalu punya energi tak habis-habis. Dia bisa bermain dengan boneka, menggambar di tembok (yang katanya “art”), hingga meminta aku masangin kepala Barbie-nya yang berkali kali potel.
Awalnya, aku merasa capek. Tapi lama-lama aku menyadari sesuatu: bermain dengan anak bukan hanya membahagiakan dia, tapi juga membantuku melupakan stres.
Ada momen di mana aku berhenti memikirkan "kapan masuk kerja lagi" dan mulai menikmati saat-saat kecil seperti pura-pura jadi monster yang dikejar anak sendiri. Tertawa lepas dengan anak itu semacam "detoks" bagi otak, membebaskan pikiran dari beban dan rutinitas.
Tantangan Mendidik Anak Perempuan
Di balik kesenangan bermain, ada satu hal yang sering muncul di pikiranku: bagaimana mendidik anak perempuan yang baik? Sebagai ayah, aku kadang merasa clueless. Anak perempuan itu dunia yang sama sekali berbeda bagiku. Apalagi saat menonton lagi Film Keluarga Cemara dan melihat adegan Euis yang berkata, "Benci Abah!" Waduh, hati ini rasanya seperti dicubit.
Aku sering bertanya-tanya, bagaimana caranya agar hubungan dengan anak perempuan tetap dekat, bahkan ketika dia beranjak dewasa? Jawaban yang kutemukan sementara ini adalah dengan menjadi ayah yang selalu mendengar. Anak kecil sekalipun ingin didengar. Jadi, meski dia hanya bercerita soal bonekanya yang barusaja dia namai persis sama dengan namanya sendiri, aku mencoba mendengarkan seperti itu adalah sesuatu yang paling penting di dunia ini.
Waktu untuk Anak = Investasi Kesehatan
Sebagai orang tua, kadang kita lupa bahwa waktu yang dihabiskan bersama anak juga berdampak pada kesehatan kita sendiri. Bermain dengan anak bisa menurunkan tingkat stres, meningkatkan suasana hati, bahkan membantu menjaga fisik tetap aktif. Bayangkan berlari-lari mengejar anak keliling rumah, itu kan sama saja dengan olahraga ringan!
Selain itu, hubungan yang baik dengan anak juga memberi ketenangan hati. Ketika anak merasa dekat dengan kita, dia akan lebih terbuka. Hal ini membantu mengurangi kekhawatiran yang sering menghantui para orang tua.
Di akhir hari, aku merenung lagi sambil menyeruput kopi hangat. Liburan tanpa agenda ini mungkin awalnya terasa membosankan, tapi sebenarnya adalah momen berharga untuk memperbaiki hubungan dengan anak dan diri sendiri. Aku belajar bahwa kebahagiaan itu tidak selalu tentang pergi ke tempat mewah atau menghabiskan uang. Kadang, kebahagiaan bisa ditemukan di tenda selimut yang kita bangun bersama anak, atau di nasi goreng sederhana yang kita masak bersama di dapur.
Liburan ini mengajarkanku bahwa kesehatan mental dan fisik bisa diraih dengan cara-cara sederhana. Bermain dengan anak, mendengar ceritanya, dan menikmati momen kecil bersama keluarga adalah investasi terbaik.
Jadi, buat para orang tua di luar sana yang mungkin sedang bingung seperti aku, cobalah berhenti sejenak dan nikmati waktu bersama anak-anak. Karena di balik semua kerepotan, ada banyak pelajaran dan kebahagiaan yang bisa kita petik. Dan siapa tahu, saat mereka tumbuh dewasa nanti, kita akan mengenang liburan ini sebagai salah satu momen paling berarti dalam hidup.